Perjalanan
yang amat rumit telah banyak dilewati oleh bangsa ini. Lika-liku kehidupan
terus dihadapi tanpa kenal lelah. Sejarah perjuangan terhadap penjajahan dahulu
merupakan titik awal dari semangat baru untuk bangsa. Namun saat ini generasi
muda kita banyak yang tidak menyadari dan tidak mengenal arti penting sejarah
itu sendiri.
Waktu
yang terus berputar menjadi cermin bagi kita sendiri, sudah berapa banyak usia
yang terbuang namun belum ada hal bermanfaat yang kita lakukan bagi
saudara-saudara sekeliling kita. Kesibukan politik, perebutan kekuasaan dan
jabatan telah menutup mata dan hati kita akan kelimpahan kekayaan negara ini
yang tanpa sadar telah dijadikan ajang pengerukan sumber daya alam bagi
negara-negara asing. Teruskah keadaan ini diabaikan? harus menunggu berapa
banyak lahan yang habis untuk dijadikan pemuas hawa nafsu semata?
Secara
fisik benar bahwa bangsa kita saat ini sudah merdeka dan tidak ada lagi
perperangan. Namun kemerdekaan bukan sekedar peperangan senjata belaka,
melainkan peperangan pemikiran dan kelaparan. Kelaparan tidak hanya menimbulkan
kematian tetapi juga menimbulkan tindak kriminal yang menyebabkan kerugian
besar bagi masyarakat Indonesia.
Perlu
disadari bahwa jumlah penduduk di Indonesia sudah mencapai lebih dari 240 juta
jiwa yang mana hal tersebut harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Hal
negatif yang diakibatkan oleh ledakan penduduk diantaranya adalah kelaparan dan
gizi buruk, ini merupakan masalah yang paling sering terjadi di masyarakat
sebab merosotnya produksi pangan serta kurangnya lahan pertanian.
Swasembada
pangan yang dahulu pernah digapai Indonesia sekarang hanya menjadi bahan
ceritaan saja dan kini masyarakat bertanya-tanya, mengapa negeri seluas ini
tidak mampu menghidupi rakyatnya? apa yang selama ini diperjuangkan pemerintah?
pertanyaan itu membuat saya bingung juga tidak habis pikir sepertinya di negeri
ini, orang yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Berikut adalah
beberapa kegagalan pemerintah dalam menanggulangi masalah ketahanan pangan.
1.
Jaminan
kesejahteraan petani yang rendah.
Dizaman
Orde Baru, Presiden Soeharto menerapkan sistem pemerintahan yang bersifat
instruktif, dimana pemerintah yang memegang kendali serta kebijakan dan
masyarakat yang melaksanakannya. Dengan cara itu para petani tidak boleh
mencampuri urusan produksi, petani hanya mengikuti instruksi pemerintah tentang
tanaman apa yang wajib ditanam dan segala keperluan petani ditanggung
pemerintah. Pemerintah meningkatkan produksi pangan untuk meningkatkan taraf
penghidupan petani yang telah lama hidup dengan kesengsaraan dan kemiskinan,
seperti kutipan kalimat yang ada dalam buku pedoman Repelita.
Namun
sekarang pemerintah tidak sepenuhnya menanggung kehidupan petani, harga pupuk
yang mahal untuk menunjang kualitas pertanian menyiksa para petani sehingga
banyak yang mengundurkan diri untuk hidup sebagai petani bahkan banyak juga
yang menjadi pengangguran.
2.
Lahan pertanian
dibuka menjadi lahan industri, kantor dan hunian.
Semakin
meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia tidak terlepas dari kebutuhan papan.
Besarnya angka penduduk Indonesia mengakibatkan masyarakat harus rela mengubah
lahan pertaniannya menjadi rumah sebagai tempat tinggal. Dibalik semua itu, ada
juga mereka yang serakah berkedok sebagai pahlawan padahal bandit di luar
jeruji besi. Mereka yang dikuasai oleh hawa nafsu, membongkar lahan pertanian
menjadi apartemen-apartemen mewah, tempat olahraga golf, dan vila yang megah. Ini
jelas berdampak besar terhadap masa depan pertanian.
3.
Kacaunya
perkembangan politik
Peraturan yang
berubah-ubah serta korupsi yang merajalela mengakibatkan ketidakpastian
pemerintah menjalankan kebijakannya. Mereka bersikat-sikut untuk merebut
kekuasaan. Banyaknya kecurangan aliran dana dengan dalih kesejahteraan rakyat
padahal dana tersebut tidak sampai kepada rakyat.
Kesejahteraan
kehidupan petani memang menjadi titik tumpu dari permasalahan ini. Mereka yang
memberi makan masyarakat tetapi mereka tidak makan, mereka yang berusaha tetapi
mereka tidak berhasil, dan mereka yang bekerja tetapi tidak bergaji. Merekalah
sesungguhnya pahlawan penumpas kelaparan sejati. Kurangnya kepedulian
pemerintah terhadap mereka, sehingga menjadi alasan kuat mengapa masyarakat di
Indonesia tidak ingin menjadi seorang petani.
Permasalahan
diatas membuat kita menelaah kembali tentang kinerja pemerintah yang sekarang
ini sedang merosot. Kejadian tersebut bukan menjadi suatu alasan kepada kita
untuk menyerah, justru hal ini harus membakar semangat kita untuk menjadikan
negara Indonesia sebagai negara pemimpin dunia. Berat sama dipikul ringan sama
dijinjing itulah kepribadian kita.
Adapun
tiga poin penting bagi pemerintah dalam menuntaskan kasus pangan ini, yaitu
sebagai berikut :
1.
Menekankan kembali
kebijakan peningkatan produksi pangan tanpa mengganggu kebijakan lain.
Memprioritaskan
peningkatan produksi pangan. Secara letak geografi, jelas bahwa Indonesia
sangat unggul dalam bidang pertanian. Pemerintah harus mensejahterakan
kehidupan para petani dengan memberikan subsidi pupuk yang besar, dan membuat asuransi
gagal panen sehingga jika petani suatu saat diserang hama dan terjadi kegagalan
panen, maka pemerintah dapat menolong petani tersebut. Jika pemerintah kembali
memfokuskan kebijakan peningkatan produksi pangan, maka bibit pertumbuhan
ekonomi akan terus tumbuh, sehingga secara otomatis negara mampu memenuhi
kebutuhan pangan rakyatnya. Tidak hanya itu, apabila ekonomi telah berjalan
dengan baik, maka Indonesia mampu menyelesaikan terkait utang piutang terhadap
luar negeri.
2.
Menyediakan
teknologi industri penunjang kualitas dan kuantitas pangan
Perlunya
penelitian untuk pembuatan teknologi dalam pengembangan produksi pangan.
Apabila produksi pangan semakin mudah, maka jumlah produksi akan semakin
meningkat dan kualitasnya pun juga meningkat. Sehingga negara mampu mencukupi kebutuhan
rakyat dan mampu mengekspor hasil pertanian ke berbagai negara untuk menunjang
devisa.
3.
Pengawasan yang
ketat dan tindakan keras terhadap pelaku penyelewengan kebijakan.
Semakin
besarnya antusias pemerintah terhadap peningkatan produksi pangan, maka
koruptorpun akan semakin gencar melancarkan aksinya. Koruptor bukan hanya
merugikan negara tetapi menghancurkan negara. Semua kegiatan yang seharusnya
lancar akan terhambat oleh mereka. Dengan adannya pengawasan yang ketat serta
tindakan keras terhadap pelaku penyelewengan kebijakan, maka tidak mustahil
jika penindakan korupsi dikalangan pejabat akan lebih mudah.
Sebagai
generasi penerus bangsa, jangan pikulkan semua beban negara kepada pemerintah,
kita juga wajib meneruskan perjuangan para pahlawan. Masa muda bukan sebagai
penonton buta, tetapi masa muda adalah awal dimana api berkobar di dalam dada.
Mari bersama kita tuntaskan permasalahan ini, sehingga kita mampu menyelaraskan
kehidupan dan perjuangan. Hal-hal yang dapat kita lakukan sebagai generasi muda
adalah sebagai berikut :
1.
Sampaikan di
pertemuan, seminar dan forum-forum akan pentingnya ketahanan pangan.
Berikan berbagai
informasi mengenai kasus-kasus pangan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia dan
berikan pencegahan serta solusi atau langkah yang tepat untuk dijalankan
pemerintah, berikan juga sebuah hipotesa jika pemerintah tidak segera menangani
masalah ini dengan serius.
Sampaikan nasib para
petani, jangan jadikan mereka seperti perahan orang-orang besar, kita mewakili
mereka dalam memenuhi kekurangan-kekurangannya, dengan menyampaikan di dalam
forum, ide ataupun saran sangat efektif untuk cepat tersampaikan kepada
pemerintah.
2.
Media informasi
menjadi sarana perjuangan
Berkembangnya
teknologi menjadi kesempatan besar bagi kita untuk menggunakan sebaik-baiknya.
Jadikan media sosial sebagai sarana untuk menyadarkan masyarakat akan
pentingnya pangan. Kehidupan para petani dapat diliput lalu dipublikasikan ke
masyarakat luas, agar mereka menyadari pentingnya keberadaan para petani.
3.
Membantu sesuai
kemampuan individu
Membantu
disini maksudnya adalah bisa dengan harta, tenaga, pemikiran, motivasi semangat
dan doa.
Sebuah
mimpi tidak akan terwujud jika seseorang hanya berdiam dan bermalas-malasan.
Mimpi akan menjadi nyata saat seseorang mampu bangkit ditengah-tengah terpaan
badai. Relakah kita ketika melihat bangsa ini menderita? Jangan mau wahai
sahabat jika negeri ini diporak-porandakan. Tidak boleh kita merasa lemah dalam
perjuangan, walaupun telah seribu kali kita terjatuh maka seribu satu kali kita
harus bangkit, Maju Terus Bangsaku!
Oleh : T. Muhammad Rifky
Oleh : T. Muhammad Rifky
0 Response to "Pahlawan Penumpas Lapar"
Post a Comment